Buaya Muara, Si Kanibal yang Diburu
Tubuhnya
yang multi khasiat membuat buaya muara jadi incaran pemburu liar. Tak
hanya kulitnya yang laku ribuan dolar. Daging, jeroan dan tangkurnya pun
ludes diperebutkan pedagang obat kuat. Membuat si kanibal ini semakin
sulit ditemui.
“Kau tahu kenapa istriku semakin lengket
saja meski sudah punya anak 6 ?”, tanya seorang sahabat suatu ketika.
Saya hendak menggelengkan kepala ketika tiba-tiba terlintas suplemen
obat kuat yang iklannya sering muncul di teve.
“Bukan, bukan itu rahasianya. Tapi ini,” katanya sambil mengeluarkan sebotol kecil cairan yang mengandung daging putih.
Rupanya itu tangkur buaya, yang
didapatnya dari seorang teman di Kalimantan Timur tempo hari. Harganya,
dua juta rupiah. Wow, saya menggelengkan kepala, takjub mendengar
bagaimana dia menjaga kelelakiannya di umurnya yang belum genap 40 tahun
itu.
Tangkur hanyalah satu dari sekian bagian
tubuh buaya yang berkhasiat obat. Kalau mampir ke Taman Wisata Buaya
(TWB) ‘Borneo’ di Balikpapan, akan kita lihat berbagai bagian tubuh
buaya dijual bebas. Mulai dari tangkur, empedu, jantung, minyak buaya,
bahkan sate dan daging buaya juga ada.
Harganya bervariasi. Satu kg daging buaya
misalnya, dijual Rp 25.000.Sementara 5 tusuk sate buaya hanya Rp 2.500.
Satu plastik kecil pil empedu buaya harganya Rp. 5.000, sebotol kecil
minyak dan air sari buaya Rp. 15.000, sama dengan harga sebutir telur
buaya. Yang paling mahal tentu saja tangkurnya. Tangkur yang berasal
dari buaya berumur 15 tahun bisa mencapai Rp 3 juta, sementara yang
lebih murah, Rp 300.000, milik buaya berumur 3 tahun atau lebih muda.
Semua barang dijual bebas dan pembeli mendapat bonus lembar kertas
berisi khasiat masing-masing organ buaya tadi.
“Ini tempat penangkaran buaya yang resmi,
jadi kami boleh menjualnya sebagai salah satu usaha menghidupi tempat
ini,” kilah Yanto, penjaga TWB yang sudah setahun bekerja di sana.
Ada lebih 500 ekor buaya dipelihara di
penangkaran yang dikelola CV Surya Raya ini. Dalam seminggu, pihak TWB
harus menyediakan minimal 2,3 ton bangkai ayam untuk memberi makan
mereka. Karena sulit mengandalkan penjualan karcis masuk yang hanya Rp
1.500 per-orang, maka pihak TWB menjual organ hewan peliharaannya agar
bisa bertahan. Apalagi masih ada 10 karyawan yang harus dibayar upahnya
setiap bulan.
Ironis memang, mengingat selain Taman
Nasional, Suaka Margasatwa dan Kebun Binatang, ijin memelihara buaya
hanya diberikan ke tempat penangkaran resmi. Rupanya, hal ini juga
dilakukan oleh puluhan penangkaran satwa liar di Indonesia.
Buaya yang hidup di Indonesia adalah jenis buaya muara (Crocodylus porosus).
Hewan ini biasa dijumpai di sungai-sungai besar, terutama sekitar muara
sungai, rawa-rawa, dan perairan sepanjang hutan mangrove yang berair
payau. Tak jarang dia muncul di laut, dan menyebrangi perairan antar
pulau. Bahkan, buaya dewasa mampu mengarungi lautan hingga lebih 1000
km.
Buaya memang suka air. Bahkan dia lebih
banyak menghabiskan waktunya di air ketimbang di darat. Dia juga suka
berendam di dalam lumpur. Rupanya semua ini dilakukan untuk menjaga
temperatur tubuhnya agar selalu berada pada 30-32 derajad celcius, yang
merupakan suhu optimal untuk mencerna makanan, beraktivitas, dan
mempertahankan wilayah perburuannya. Baru di malam hari, buaya keluar
untuk mencari mangsa.
Buaya ditemui di daerah yang menyediakan
cukup makanan dan lokasinya enak untuk bersarang. Biasanya, dekat dengan
kawasan pemukiman manusia. Walau karnivora ganas, buaya takkan
menyerang manusia jika tidak terpaksa. Misalnya, jika pasokan makanannya
berkurang akibat rusaknya hutan mangrove dan rawa-rawa tempatnya hidup.
Perilakunya sehari-hari amat dipengaruhi oleh sejumlah isyarat yang tak
kentara, seperti perubahan sikap tubuh dan suara berfrekuensi rendah.
Hewan ini memang tidak seagresif dan seganas seperti hewan besar lainnya
yang suka saling menyerang, melukai, lalu membunuh.
Populasi buaya berkurang drastis seiring
bertambahnya populasi penduduk. Di Indonesia, selain kebun binatang dan
penangkaran resmi, sulit menemukan buaya pada habitat aslinya.
Sungai-sungai besar di Sulawesi yang dulu dikenal keganasannya karena
banyak mengandung buaya, kini pun sepi dari hewan berdarah dingin satu
ini. Bahkan di kawasan Rawa Aopa, rawa-rawa seluas puluhan ribu ha di
Sulawesi Tenggara, buaya mulai menghilang, kecuali di saat banjir.
Sementara di Kalimantan Timur, sesekali buaya muncul dan menyerang
nelayan di muara Sungai Sangkima, Sangatta.
Bangsa reptilia ini berkembang biak
dengan bertelur. Setelah musim kawin yang jatuh pada bulan
September-Oktober, buaya betina mulai membuat sarang untuk bertelur.
Sarangnya berupa gundukan rumput dan ranting tumbuhan. Pembuatan sarang
dan pengeraman telur biasanya dilakukan di musim hujan, antara
November-Maret.
Sekali bertelur, si betina mampu
menghasilkan 40-60 butir dalam waktu satu jam, tergantung umur dan
ukurannya. Telur-telur ini diletakkan di tanah, meski dekat dengan air,
agar terhindar dari banjir. Air menjadi musuh utama telur buaya,
karena menghalangi pasokan oksigen yang membuat embrio di dalamnya akan
mati. Telur buaya juga tak tahan pada suhu di atas 34 derajad Celcius
dan menjadi mangsa empuk iguana, babi, dan manusia yang memang doyan
telur.
Sebutir telur buaya beratnya mencapai 113
gram dengan ukuran 80 mm x 50 mm. Setelah dierami selama beberapa jam,
embrio akan memecahkan dinding telur, membentuk sebuah noktah putih di
cangkangnya. Setelah beberapa minggu, sebuah pita akan tumbuh dan
menutupi seluruh telur, untuk melindungi embrio yang sedang tumbuh.
Untuk menentukan jenis kelamin embrio di
dalam telur digunakan patokan suhu. Buaya jantan memiliki suhu sekitar
31,6 derajad celcius, sementara yang betina suhunya lebih rendah atau
tinggi. Selama mengerami telurnya, induk buaya selalu berada di dekat
sarang. Dia akan mengawasi dan mempertahankan telur-telurnya dari bahaya
yang mengancam.
Setelah dierami selama 80 hari, telur pun
menetas. Sebelum menetas, bayi buaya akan mengeluarkan suara yang
membuat induknya mulai menggali dan membuka sarang.
Sang induk lalu membawa telur-telur itu
dengan mulutnya ke dalam air, dan perlahan-lahan membuka telur yang
belum menetas. Maka keluarlah bayi seberat 72 gram dengan panjang 29 cm.
Selama beberapa bulan, anak-anak buaya akan terus berada dekat dengan
induknya, tak jauh-jauh dari sarang, dan saling berkomunikasi lewat
suara akustik.
Di habitat aslinya, hanya sedikit buaya
yang bertahan hidup. Maklum, hanya seperlima telur buaya yang menetas,
dan kurang dari 1 persennya menjadi buaya dewasa. Mereka habis dimangsa
oleh burung dan ikan, namun terutama oleh buaya dewasa. Penangkaran
buaya merupakan upaya melindungi dan mempertahankan populasi hewan ini
agar tidak punah.
Buaya yang baru menetas memiliki
persediaan kuning telur yang cukup, yang membuatnya bertahan selama
beberapa hari. Setelah itu bayi buaya mulai memangsa hewan kecil seperti
serangga, udang-udangan, arthropoda, dan anak ikan. Setelah agak besar
dia makan katak, reptil lainnya, burung, dan mamalia kecil. Buaya dewasa
makan apa saja, mulai anjing, burung, buaya lainnya, reptil yang besar,
hewan peliharaan, ternak, bahkan manusia. Mereka juga makan bangkai,
yang mampu dibauinya dari jarak jauh, bahkan ketika tidak berada di air.
Anak buaya tidak suka makan bangkai. Namun, ususnya dipenuhi bangkai
yang belum sempat dicernanya.
Sejak lahir, gigi buaya amat tajam dan
sudah bisa digunakan untuk mencerna. Gigi ini dirancang untuk memegang
ketimbang memotong. Rahangnya amat kuat, digunakan untuk mempertahankan
dan menghancurkan mangsanya meskipun bertubuh lebih besar. Tubuh
mangsanya kerap dibuat hancur berkeping-keping karena ceklikan kepala
buaya, atau pelintiran tubuhnya.
Buaya mengunyah makanannya di atas air
agar paru-parunya tidak kebanjiran dan membuatnya tenggelam. Katup
langit-langit mulutnya yang berdaging di belakang kerongkongan,
berfungsi mencegah masuknya air ke paru-paru tatkala kepala buaya masuk
ke air.
Saat berburu, buaya menunggu mangsanya di
dekat air, lalu menyergapnya begitu masuk air. Jika mangsanya lebih
besar, buaya akan membuntutinya terlebih dulu sebelum menyerang. Banyak
hewan terlambat menyadari kalau dijadikan mangsa hingga berada di mulut
buaya .
Setelah memangsa, buaya menelan batu dan
kerikil untuk membantu proses pencernaan. Dia menghancurkan makanan
lewat jalan menggelindingkan gerinda di perut. Batu juga berfungsi
sebagai pemberat yang penting untuk mempertahankan daya apung.
Si pejantan siap kawin saat panjangnya
mencapai 3,3 m atau berumur 16 tahun. Sementara yang betina panjangnya
2,3 m atau berumur antara 12-14 tahun. Namun, buaya yang sengaja
ditangkap dan dipelihara seperti di penangkaran, menjadi dewasa lebih
cepat karena makannya lebih teratur.
Buaya terbesar yang pernah ditemukan
memiliki panjang 7 m dengan berat lebih 1 ton. Seperti manusia, hewan
ini bisa mencapai umur 70 tahun, bahkan lebih 100 tahun. Umur buaya bisa
diketahui dari pertumbuhan lingkaran seperti cincin di tulang tubuhnya.
Hewan ini memang terus tumbuh. Hanya, pertumbuhannya melambat saat
menua.
Meskipun tidak agresif, buaya ditakuti
karena kerap diberitakan memangsa manusia. Padahal, jika dibandingkan
manusia yang tewas karena kecelakaan kendaraan bermotor, angka manusia
yang tewas dimangsa buaya amatlah kecil. Untuk itu, ada beberapa hal
yang perlu diwaspadai jika berada di daerah dekat kawasan buaya.
Misalnya, jangan berenang, mencuci ikan di pinggir sungai yang
ditengarai ada buayanya. Juga jangan menambatkan tali binatang seperti
anjing, kerbau, sapi, dekat dengan sumber air. Yang terbaik adalah
menghindari daerah buaya biasa bersarang. Dan waspadai musim hujan,
karena serangan buaya biasa terjadi di musim hujan, ketika lingkungan
tempatnya mencari makan dan hidup menjadi asin.
Judi Online Deposit Ovo
BalasHapusJudi Online Deposit Gopay
Judi Online Deposit Linkaja
Judi Online Deposit Dana
Judi Online Deposit Sakuku
Judi Online Deposit Pulsa Tanpa Potongan
Judi Online Deposit Bank BTPN
Judi Online Deposit Bank BTN
Judi Online Deposit Bank Permata
Promo :
★ Bonus 100% (Menang 8x, 9x, 10x Beruntun)
★ Bonus Cashback Mingguan 5% s/d 10%
★ Bonus Deposit Pertama 10%
★ Bonus Referral 7% + 2% Seumur hidup
Hubungi Kontak Resmi Kami Dibawah ini (Online 24 Jam Setiap Hari) :
» Nomor WhatsApp : 0812–2222–995
» ID Telegram : @bolavitacc
» ID Wechat : Bolavita
» ID Line : cs_bolavita