Rabu, 06 Januari 2016

BETERNAK SAPI POTONG, SAPI PERAH & KAMBING PERAH

BETERNAK SAPI POTONG

      Usaha peternakan sapi potong di Indonesia   telah lama dikenal masyarakat. Agar usaha ini dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi pemiliknya maka perlu diperhatikan bebrapa hal yang menyangkut Manajemen.

Pemeliharaan ternak sapi potong, antara lain :

1. Seleksi Bibit
a. Pejantan : Seleksi menyangkut kesehatan fisik, kualitas semen dan kapasitas servis.
b. Betina : Seleksi menyangkut kondisi fisik dan kesehatan, kemiringan vulva tidak terlalu keatas, mempunyai puting 4 buah, bentuk ambing relatif besar dengan bentuk yang simetris.


2. Pakan
Pakan untuk ternak sapi potong dapat berupa Hijauan (rumput, kacang-kacangan dan limbah pertanian), konsentrat (dedak padi, onggok, ampas tahu) dan makanan tambahan (vitamin, mineral dan urea.).

Secara umum jumlah makanan yang diberikan untuk seekor sapi setiap hari adalah sebagai berikut :
  • Hijauan : 35 – 47 Kg, atau bervariasi menurut berat dan besar badan.
  • Konsentrat : 2 – 5 kg
  • Pakan tambahan : 30 – 50 gr.

3. Kandang
a. Syarat Kandang
  • Bahan kandang dari kayu/ bambu serta kuat
  • Letak kandang terpisah dari rumah dan jaraknya cukup jauh
  • Lantai dari semen/tanah yang dipadatkan, dan harus dibuat lebih tinggi dari tanah sekitarnya.
  • Ventilasi udara dalam kandang harus baik.
  • Drainase di dalam dan luar kandang harus baik.
b. Ukuran kandang
  • Sapi betina dewasa 1,5 X 2 m/ekor
  • Sapi jantan dewasa 1,8 X 2 m/ekor
  • Anak sapi 1,5 X 2 m/ekorS

4. Sistem Perkawinan
a. Hand Mating
Kawin alam yang teratur dimana sapi betina birahi dibawa ke tempat pejantan untuk dikawinkan atau di IB.
b. Pasture Mating
Jantan dan betina kawin alam di padang pengembalaan
c. Mengetahui Tanda Birahi
tanda-tanda birahi yaitu ; selalu gelisah, mencoba menaiki sapi lain, vulva membesar dan kemerahan serta keluar cairan lendir, nafsu makan menurun.
d. Mengetahui Tanda-tanda
Melahirkan Tanda melahirkan seperti urat daging sekitar vulva mengendor, dikiri kanan pangkal ekorkelihatan legok, ambing membesar dan tampak tegang, sapi gelisah dll.


5. Kesehatan Hewan
Tindak pencegahan :
a. Hindari kontak dengan ternak sakit
b. Kandang selalu bersih
c. Isolasi sapi yang di duga kena penyakit agar tidak menular ke sapi yang lain
d. Mengadakan tes kesehatan, khususnya penyakit Brucellosis dan Tuberculosis.
e. Desinfektan kandang dan peralatan
f. Vaksinasi teratur. Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang sapi seperti : Antrax, Ngorok, Keluron dan lainlain. Untuk mencegah penyakit dapat dilakukan vaksinasi secara teratur dan pemberian obat sesuai jenis penyakit yang menyerang.


6. Tatalaksana Pemeliharaan
Tatalaksana pemeliharaan dapat dibagi 3 sesuai tujuan pemeliharaan :
a. Tujuan untuk menghasilkan anak. Induk dan anak dipelihara bersama sampai anak disapih umur 6 – 8 bulan dan kemudian anak dijual.
b. Tujuan untuk menambah dan memperbaiki kualitas daging. penggemukan dapat dilakukan di kandang
atau padang rumput. Lama penggemukan tergantung umur sapi. Bila umur 1 – 2 tahun dibutuhkan waktu 6 bulan. Bila umur sapi dewasa 2 – 3 tahun dibutuhkan waktu 4 bulan.
c. Tujuan untuk bibit. Dipelihara sapi-sapi jantan dan betina dari jenis unggul.


7. Pemasaran
Pemasaran hasil ternak dapat dikoordinasikan dengan kelompok tani atau koperasi, dengan demikian biaya dapat ditanggung besama-sama. Produk dapat dipasarkan berupa daging atau ternak hidup, dan sebaiknya memilih standar harga per kg berat hidup.

BETERNAK  SAPI PERAH


            Sapi merupakan salah satu hewan ternak yang penting sebagai sumber protein hewani, selain kambing, domba dan ayam. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit (Menteri Negara Riset dan Teknologi, 2005). Sapi berasal dari famili Bovidae, seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa. Pemeliharaan sapi secara intensif mulai dilakukan sekitar 400 tahun SM. Sapi diperkirakan berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke Eropa, Afrika dan seluruh wilayah Asia. Menjelang akhir abad ke-19, sapi Ongole dari India dimasukkan ke pulau Sumba dan sejak saat itu pulau tersebut dijadikan tempat pembiakan sapi Ongole murni. Pada tahun 1957 telah dilakukan perbaikan mutu genetik sapi Madura dengan jalan menyilangkannya dengan sapi Red Deen. Persilangan lain yaitu antara sapi lokal (peranakan Ongole) dengan sapi perah Frisian Holstein di Grati guna diperoleh sapi perah jenis baru yang sesuai dengan iklim dan kondisi di Indonesia (Menteri Negara Riset dan Teknologi, 2005).

           Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada dua, yaitu (1) kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos indicus) atau jenis sapi yang berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis serta (2) kelompok dari Bos primigenius, yang tersebar di daerah sub tropis atau lebih dikenal dengan Bos Taurus. Di Indonesia, manajemen pemeliharaan biasanya terbagi atas pemeliharaan sapi perah dan sapi potong. Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapi Shorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red Danish (dari Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia). Hasil survei menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia adalah Frisien Holstein.

         Pengembangan usaha peternakan sapi perah di Indonesia (on farm) beserta industri pengolahannya (off farm) mengalami kemajuan pesat pada tahun 1980 sampai dengan 1990 namun pada tahun 1990 sampai dengan 1999 produksi susu segar relatif tetap. Jumlah susu segar yang diproduksi pertahunnya mencapai kurang lebih 330.000 ton. Produksi tersebut terbagi atas 49% berasal dari Jawa Timur, 36% dari Jawa Barat dan sisanya 15% dari Jawa Tengah. (1999). Dari segi perkembangan populasi sapi perah pada tahun 1970 sekitar 3000 ekor menjadi 193.000 ekor pada tahun 1985, dan menjadi 369.000 ekor pada tahun 1991. Kenaikan ini terjadi karena adanya impor sapi perah asal Australia dan New Zealand ( Achjadi, 2001). Pada tahun 1999 industri persusuan nasional hanya memproduksi ± 20% terhadap total kebutuhan industri pengolahan, sehingga sisanya masih sangat bergantung kepada bahan baku impor. Kondisi ini tidak bisa dibiarkan berlangsung lama tanpa adanya upaya perbaikan pengelolaan sapi perah. Untuk memperbaiki keadaan ini dibutuhkan usaha yang keras dari segala komponen yang terkait, mulai dari peternak sampai dengan pemerintah.

           Sistem peternakan sapi perah yang ada di Indonesia masih merupakan jenis peternakan rakyat yang hanya berskala kecil dan masih merujuk pada sistem pemeliharaan yang konvensional. Banyak permasalahan yang timbul seperti permasalahan pakan, reproduksi dan kasus klinik. Agar permasalahan tersebut dapat ditangani dengan baik, diperlukan adanya perubahan pendekatan dari pengobatan menjadi bentuk pencegahan dan dari pelayanan individu menjadi bentuk pelayanan kelompok. Keberhasilan usaha peternakan sapi perah sangat tergantung dari keterpaduan langkah terutama di bidang pembibitan (Breeding), pakan, (feeding), dan tata laksana (management). Ketiga bidang tersebut kelihatannya belum dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan ketrampilan peternak serta masih melekatnya budaya pola berfikir jangka pendek tanpa memperhatikan kelangsungan usaha sapi perah jangka panjang. Oleh karena itu, dibutuhkan peningkatan pengetahuan dan pemahaman peternak tentang manajemen sapi perah yang baik sehingga akan berdampak pada peningkatan produksi dan ekonomi.

MANAJEMEN PEMELIHARAAN

      Untuk mendapatkan hasil yang optimal, pola pemeliharaan sapi potong harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Penyiapan sarana dan peralatan tertutama perkandangan
2. Pembibitan dan pemeliharaan bakalan/bibit
3. Kesehatan dan sanitasi
4. Manajemen pemberian makan
5. administrasi serta perhitungan ekonomi

1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

     Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.

Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjaga agar ternak nyaman sehingga dapat mencapai produksi yang optimal, yaitu :
– Persyaratan secara umum :
a. Ada sumber air atau sumur
b. Ada gudang makanan atau rumput atau hijauan
c. Jauh dari daerah hunian masyarakat
d. Terdapat lahan untuk bangunan dengan luas yang memadai dan berventilasi

– Persyaratan secara khusus :
a. Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m atau 2,5 x 2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5 x 1 m per ekor, dengan tinggi atas ± 2-2,5 m dari tanah.
b. Ukuran bak pakan : panjang x lebar = bersih 60 x 50 cm
c. Ukuran bak minum : panjang x lebar = bersih 40 x 50 cm
d. Tinggi bak pakan dan minum bagian dalam 40 cm (tidak melebihi tinggi persendian siku sapi) dan bagian luar 80 cm
e. Tinggi penghalang kepala sapi 100 cm dari lantai kandang
f. Lantai jangan terlalu licin dan terlalu kasar serta dibuat miring (bedakan ± 3 cm). Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.
g. Selokan bagian dalam kandang untuk pembuangan kotoran, air kencing dan air bekas mandi sapi : Lebar (L) x Dalam selokan (D) = 35 x 15 cm
h. Selokan bagian luar kandang untuk pembuangan bekas air cucian bak pakan dan minum : L x D = 10 x 15 cm
i. Tinggi tiang kandang sekurang-kurangnya 200 cm dari lantai kandang
j. Atap kandang dibuat dari genteng
k. Letak kandang diusahakan lebih rendah dari sumber air dan lebih tinggi dari lokasi tanaman rumput. (Hasanudin, 1988). Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m). Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%.
Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya.

2. Pembibitan dan pemeliharaan bakalan/bibit
 
     Sapi perah yang cocok dipelihara di Indonesia adalah sapi Shorthorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda) dan Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis). Agar dapat memperoleh bibit sapi perah yang baik diperlukan adanya seleksi baik berdasarkan silsilah, bentuk luar atau antomis maupun berdasarkan jumlah produksi.

Ciri-ciri sapi perah betina yang baik:

1. Kepala panjang , sempit, halus, sedikit kurus dan tidak banyak berotot
2. Leher panjang dan lebarnya sedang, besarnya gelambir sedadang dan lipatan-lipatan kulit leher halus
3. Pinggang pendek dan lebar
4. Gumba, punggung dan pinggang merupakan garis lurus yang panjang
5. Kaki kuat, tidak pincang dan jarak antara paha lebar
6. Badan berbentuk segitiga, tidak terlalu gemuk dan tulang-tulang agak menonjol (BCS umumnya 2)
7. Dada lebar dan tulang -tulang rusuk panjang serta luas
8. Ambing besar, luas, memanjang kedepan kearah perut dan melebar sampai diantara paha. Kondisi ambing lunak, elastis dan diantara keempat kuartir terdapat jeda yang cukup lebar. Dan saat sehabis diperah ambing akan terlimpat dan kempis, sedangkam sebelum diperah gembung dan besar.
9. Produksi susu tinggi,
10. Umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak,
11. Berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susu tinggi,
12. Tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan
13. Tiap tahun beranak.

3. Kesehatan
 
    Gangguan dan penyakit dapat mengenai ternak sehingga untuk membatasi kerugian ekonomi diperlukan control untuk menjaga kesehatan sapi menjadi sangat penting. Manjememen kesehatan yang baik sangat mempengaruhi kesehatan sapi perah. Gangguan kesehatan pada sapi perah terutama berupa gangguan klinis dan reproduksi. Gangguan reproduksi dapat berupa hipofungsi, retensi plasenta,kawin berulang, endometritis dan mastitis baik kilnis dan subklinis. Sedangkan gangguan klinis yang sering terjadi adalah gangguan metabolisme (ketosis, bloot, milk fever dan hipocalcemia), panaritium, enteritis, displasia abomasum dan pneumonia. Adanya gangguan penyakit pada sapi perah yang disertai dengan penurunan produksi dapat menyebabkan sapi dikeluarkan dari kandang atau culling. Culling pada suatu peternakan tidak boleh lebih dari 25, 3%. Salah satu parameter yang dapat digunakan untuk pemeliharaan sapi dengan melihat body condition scoring, nilai BCS yang ideal adalah 3,5 (skala 1-5). Jika BCS lebih dari 4 dapat menyebabkan gangguan setelah melahirkan seperti mastitis, retensi plasenta, distokia, ketosis dan panaritium. Sedangkan kondisi tubuh yang kurus menyebabkan produksi susumenurun dengan kadar lemak yang rendah. Selain itu faktor-faktor yang perlu diperhatikan didalam kesehatan sapi perah adalah lingkungan yang baik, pemerahan yang rutin dan peralatan pemerahan yang baik.

4.  Manajemen pemberian makan
 
             Pakan sapi terdiri dari hijauan sebanyak 60% (Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja, daun jagung, daun ubi dan daun kacang-kacangan) dan konsentrat (40%). Umumnya pakan diberikan dua kali perhari pada pagi dan sore hari. Konsentrat diberikan sebelum pemerahan sedangkan rumput diberikan setelah pemerahan. . Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari.
             Pemberian pakan pada sapi perah dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu system penggembalaan, system perkandangan atau intensif dan system kombinasi keduanya. Pemberian jumlah pakan berdasarkan periode sapi seperti anak sapi sampai sapi dara, periode bunting, periode kering kandang dan laktasi. Pada anak sapi pemberian konsentrat lebih tinggi daripada rumput. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).
             Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan perhari.Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara intensif dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya.

5. Administrasi serta perhitungan ekonomi
 
          Usaha ternak sapi perah di Indonesia masih konvensional dan belum mencapai usaha yang berorientasi ekonomi. Rendahnya tingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan oleh kurangnya modal, serta pengetahuan/ketrampilan petani yang mencakup aspek reproduksi, pemberian pakan, pengelolaan hasil pascapanen, penerapan sistem recording, pemerahan, sanitasi dan pencegahan penyakit. Sistem recording meliputi tanggal kelahiran, pencatatan asal usul sapi (pedigree), pencatatan reproduksi sapi seperti sapi kapan terakhir dikawinkan, terakhir melahirkan dan sapi yang terlambat kawin Selain itu pengetahuan petani mengenai aspek tata niaga harus ditingkatkan sehingga keuntungan yang diperoleh sebanding dengan pemeliharaannya.


BETERNAK KAMBING PERAH

 

        Air susu kambing merupakan hasil utama dari ternak perah yang bergizi tinggi. Air susu kambing proteinya tidak kalah dari susu sapi, protein susu kambing adalah 3,7 % sedangkan protein air susu sapi adalah 3,3 %. Dilihat dari kandungan proteinnya yang lebih tinggi dari pada susu sapi, maka kemungkinan produksi susu kambing dapat dikembangkan dan dimasyarakatkan, terutama untuk memenuhi kebutuhan susu di masyarakat yang semakin meningkat, di samping juga untuk meningkatkan pendapatan para peternak.

Keuntungan Memelihara Kambing Perah
Keuntungan-keuntungan dari beternak kambing perah, antara lain yaitu :
1. Cepat berkembang biak, dalam waktu 2 tahun dapat beranak 3 kali dengan jumlah anak lebih dari
seekor dalam satu kali kelahiran.
2. Tidak membutuhkan tempat yang luas.
3. Pemeliharaannya mudah dan jarang terkena penyakit.
4. Modal yang dibutuhkan tidak terlalu banyak.
5. Merupakan tabungan yang sewaktu-waktu bila diperlukan mudah dijual.

Cara Memilih Bibit
Untuk pemilihan bibit kambing perah yang baik hal-hal yang harus diperhatikan antara lain yaitu :
1. Kambing harus sehat, lincah/aktif dan tidak cacat.
2. Mata bersinar terang/tidak sayu.
3. Kambing yang putingnya cukup besar, lunak bila diraba, bentuk putting dan letaknya simetris.
4. Berat badan harus normal, misalnya kambing perah peranakan etawa betina berumur satu tahun beratnya lebih kurang 20 Kg, yang jantan lebih kurang 30 Kg.

Perkandangan
Syarat-syarat kandang yang baik adalah :
1. Cukup kuat dan tahan lama.
2. Usahakan menghadap sinar matahari.
3. Ter[pisah dari rumah tempat tinggal.
4. Tidak lembab dan mudah dibersihkan.
5. Pertukaran udara dalam kandang baik sehingga udara dalam kandang selalu segar.
6. Usahakan kandang pejantan disendirikan.
7. Kandang sebaiknya dibuat sistem panggung, lantainya dibuat dari kayu atau bambu ½ meter diatas tanah.

Makanan
        Makanan utama kambing adalah hijauan berupa rumput-rumputan dan daun- daunan, sedangkan makanan tambahanya berupa konsentrat atau makanan penguat.
Makanan hijauan terdiri dari :
1. Rumput unggul, antara lain rumput gajah, benggala, bede dll.
2. Rumput Lapangan.
3. Kacang-kacangan.
4. Hijauan lainya, misalnya daun lamtoro, nangka, turi, dll.
5. Limbah dapur.
Makanan penguat terdiri dari bekatul, ampas atahu, jagung, ketela dan singkong. Sedangkan sebagai bahan penyedap dapat tambahkan garam dapur dan tepung tulang. Untuk air minum harus disediakan cukup, diletakkan di tempat makanan.
Banyak makanan yang diberikan untuk kambing dewasa adalah :
1. Hijauan 5-7 kg/ekor/hari.
2. Konsentrat kurang lebih 0,5 kg/ekor/hari.

Pengembangbiakan kambing betina :
1. Kambing betina yang sehat pada umumnya yaitu
(a) dewasa kelamin pada umur 8-13 bulan, namun sebaiknya dikawinkan pertama kali setelah berumur 15-18 bulan;
(b) lama kebuntingan 145-155 hari ;
(c) masa birahi terlihat setiap 18-21 hari sekali dengan lama birahi antara 24-48 jam.

2. Tanda birahi, yaitu
(a) gelisah, mengembik-ngembik berusaha mendekati kambing jantan atau menaiki punggung kambing betina;
(b) ekor dikibas- kibaskan;
(c) sering kencing;
(d) kemaluanya terlihat merah bengkak dan keluar lendirnya yang jernih.

3. Saat mengawinkan kambing perah, yaitu
(a) bila terlihat tanda-tanda birahi pagi hari, sebaiknya segera dikawinkan pada sore harinya; dan (b) bila terlihat tanda-tanda birahi pada sore hari, sebaiknya segera dikawinkan pada esok harinya sebelum jam 12 siang.
4. Kambing yang baru beranak dapat dikawinkan lagi 3-5 bulan setelah beranak.

Pemeliharaan Anak Kambing Sebelum Kelahiran
Pemeliharaan anak kambing dilakukan semenjak masih dalam kandungan, sehingga pemeliharaanya dimulai dari induk bunting, yaitu
(1) induk bunting perlu banyak bergerak, berjalan-jaln dan memperoleh sinar matahari cukup;
(2) induk bunting 3 bulan harus dipisahkan dalam kandang sendiri atau dikelompokkan dengan induk bunting yang lain tanpa jantan.

Tanda-tanda kelahiran, yaitu
(1) induk gelisah, menggaruk-garuk sesuatu, atau berpindah-pindah tempat;
(2) seolah-olah berperilaku seperti membuat sarang;
(3) kambing membesar, jika diperah keluar susu yang berwarna kuning;
(4) alat kelaminya mengendor dan keluar lendir yang agak banyak; dan
(5) bila tanda- tanda tersebut telah nampak, tempatkan induk dalam kandang yang agak luas dan tersendiri, diberi alas jerami atau rumput kering yang bersih.

Pemeliharaan Anak Kambing (Cempe) Setelah Lahir
Hal-hal yang harus dilakukan yaitu, antara lain :
(1) bersihkan semua ledir dari mulut,hidung dan seluruh tubuh;
(2) potong tali pusar kurang lebih 2 cm dari lubang pusar dan olesi bekas luka dengan yodium;
(3) alasi kandang anak kambing dengan jerami kering atau rumput kering;
(4) beberapa menit lagi akan berdiri dan mulai menyusu induknya mendapatkan kolustrum (susu yang pertama keluar), bersihkan putting induknya terlebih dahulu;
(5) anak kambing dibiarkan menyusu secara penuh selama 6 hari, kemudian pada hari ke 7 malam harinya dipisahkan dari induknya, agar pagi harinya induknya dapat diperah sehingga menghasilkan susu yang banyak, siang harinya dibiarkan berkumpul dengan induknya lagi;
(6) pada umur 4-5 minggu anak kambing mulai belajarmakan daun-daunan muda, setelah umur 1-2 bulan mulai belajar makan rumput; dan
(7) anak kambing umur kurang lebih 4 bulan disapih dari induknya.

Pemeliharaan Masa Pertumbuhan
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain yaitu
(1) kambing betina mulai dewasa pada umur 8-14 bulan, tetapi saat itu belum boleh dikawinkan;
(2) umur yang baik mulai mengawinkan adalah umur 15-18 bulan;
(3) untuk menghindari perkawinan muda mulai umur 5 bulan kambing betina harus dipisahkan dengan kambing jantan;
(4) waktu hari panas kambing-kambing dimandikan satu minggu sekali untuk menjaga gangguan penyakit kulit dan biarkan berjemur setelah dimandikan; dan
(5) perawatan kuku perlu diperhatikan, oleh karenanya bila kuku sudah panjang harus dilakukan pemotongan dengan memakai gergaji halus.

Pemerahan
Cara-cara pemerahan yang baik adalah
(1) dilakukan pada waktu yang tetap, misalnya 2 kali sehari, pagi dan sore;
(2) bersihkan dulu tangan pemerah dengan sabun;
(3) cucilah putting dan kambing dengan air hangat, dilap dengan kain halus;
(4) hindari air susu tertinggal dalam putting, oleh karena itu susu harus
habis diperah, untuk mengetahuinya adalah dengan jalan menyentuh atau sedikit menggoyangkan kambing;
(5) pada umumnya produksi susu kambing peranakan Etawa per ekor 1-11/2 liter.

Dalam melakukan pemerahan hal-hal yang harus diketahui oleh peternak adalah
(1) masa produksi kambing berlangsung antara 7-8 bulan, mulai sejak kambing sudah melahirkan anak yang disebut masa laktasi;
(2) antara 2-3 bulan sebelum kambing melahirkan pemerahan harus dihentikan, maksudnya untuk menjaga kesehatan induk kambing dan persiapan kelahiran anaknya; dan
(3) untuk menghindari bau-bauan yang lain maka pemerahan dilakukan di tempat khusus yaitu ruang untuk memerah.

Penyakit dan Cara Pencegahannya
1. Kudis/Kurap/Scabies
Penyebabnya antara lain yaitu (a) kotoran dan parasit; (b) kambing tidak pernah dimandikan.
Tanda-tandanya adalah
(a) adanya bercak-bercak merah pada kulit dan bisul-bisul karena gigitan;
(b) ternak gelisah karena gatal;
(c) kambing menjadi kurus, karen tidak makan dan harus menggaruk-garuk, menggosok- gosok dan menggigit-gigit badanya;
(d) kulit bertambah tebal merah dan bulu- bulu rontok.

Pencegahanya yaitu dengan jalan, 
(a) kebersihan harus dijaga dan diperhatikan;
(b) kambing rutin dimandikan dan disikat;
(c) kambing yang sakit harus diasingkan, dipisahkan dari kambing lainya yang sehat.

Pengobatan dapat dilakukan dengan cara 
(a) rambut kambing dicukur dan dimandikan, kerak-kerak kulit dibersihkan dengan air hangat dan sabun;
(b) setelah itu diobati dengan :
      (1) serbuk belerang dicampur kunyit dengan minyak kelapa dan dipanasi, kemudian digosokkan pada kulit yang sakit;
      (2) campurkan kreolin 1 bagian dengan spritus 10 bagian kemudian oleskan pada kulit yang luka; dan (3) kambing dimadikan dengan campuran 10 liter air dan asumtol 10 gram.

2. Missitis (Radang Kelenjar Susu)
Penyebabnya adalah baktri steptococcus. Tanda-tandanya antara lain :
(a) timbul peradangan pada sluran susu, sehingga air susu yang tidak normal;
(b) Kambing membengkak, bila diraba terasa panas;
(c) air susu yang keluar encer, kadag-kadang bercampur darh dan akhirnya susu tidak keluar sama sekali; dan
(d) nafsu makan berkurang dan suhu tubuh naik.

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara antara lain, yaitu
(a) kandang dan alat-alat perlengkapan kandang serta lantai kandang selau bersih;
 (b) pemerahanya harus benar;
(c) kambing dan putting terlebih dahulu dibersihkan sebelum diperah;
 (d) kambing dan putting dihindarkan terjadi luka yang dapa menyebabkan infeksi kuman. Pengobatan dapat dilakukan dengan antibiotik, misalnya Penicillin, tetracycline, sulfamethasine, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar